SUNGAI KOPU

Di Pekanbaru Riau pilihan tamasya untuk mengisi waktu libur biasanya  ke Sumatra barat, namun pengalaman dari tahun ketahun, ke Sumbar terlalu ramai. Dari berbagai kabupaten di Riau dan Kepri pergi Ke Sumbar, begitu juga dari Jambi dan Sumut, sehingga penuh sesak lah provinsi tetangga itu. Apalagi pemerintah sumatra barat dari tahun-ketahun nampaknya tidak memikirkan fasilitas dan kenyamanan bagi turis lokal yang membludag tersebut. Oleh karena itu perlu dicarikan alternatif lain selain ke Sumatra barat. Salah satunya adalah menyusuri sungai Kopu.
Sungai Kopu adalah sungai kecil  yang mengalir dari Kecamatan Kapur IX Payakumbuh menuju Sungai Kampar di desa Tanjung Muara takus kecamatan XIII Koto Kampar. Sungai kecil yang rata-rata lebarnya sepuluh meter tak ubahnya bagai air yang mengalir diantara dua tembok kokoh yang terdiri dari batu cadas di kiri kanannya. Sungai ini digunakan oleh penduduk sebagai jalur trasportasi dari desa Tanjung Muara Takus menuju desa Muara Paiti kecamatan Kapur IX Payahkumbuh Sumatra barat.

Kalau kita ingin menyusuri sungai Kopu ini kita mulai dari desa Tanjung sekitar 3 km dari candi Murara Takus. Masyarakat biasanya menyusuri sungai ini menggunakan sampan yang dilengkapi mesin tempel. Sebelum BBM naik, sewa sampan mesin itu, termasuk dengan minyak dan pengemudinya Rp 300 ribu perhari
Dari desa Tanjung kita sekitar 15 menit menyusuri sungai Kampar yang merupakan induk sungai di kabupaten Kampar dan Pelalawan, kemudian kita baru menjumpai persimpangan sungai Kopu. Air sungainya jernih, sehingga batu-batu krikil di dasar sungai nampak dengan jelas. Meskipun udara panas terik, namun kita tidak kepanasan. Pohon-pohon rindang di kiri kanan sungai melindungi kita.
Keistimewaan dari sungai Kopu ini, disamping alamnya yang sejuk dan nyaman, batu-batu cadas yang berdiri kokoh dikedua sisi sungai, kadang-kadang membentuk berupa benda-benda. Dan penduduk menamakan batu itu sesuai dengan bentuk batu itu.


Setelah beberapa menit kita masuk ke aliran sungai yang seperti menyusuri lorong kita akan sampai pada batu hidung. Batu hidung merupakan bentuk batu yang mirip wajah manusia dengan hidungnya yang mancung. 

Tidak lama setelah batu hidung kita akan sampai di batu Ladiong. Ladiong adalah bahasa penduduk setempat untuk parang. Dan memang bentuknya seperti parang panjang yang membelintang. Kalau kebetulan air sedang banjir, dekat batu ladion itu sangat berbahaya. Air bergemuruh kencang di sana. Sudah banyak katanya korban di tempat itu.
Batu Goa adalah sebuah lubang besar pada dinding batu cadas dipinggir sungai. Setelah dilihat, lubangnya tidak dalam jadi tidak benar-benar gua.


Sedangkan batu cakuok adalah batu dinding batu yang berlobang-lobang.


















Batu buayo, buaya karena batu itu mirip kepala buaya yang sedang berjalan


Batu elang  ini bukan batu itu mirip elang, tapi penduduk yang sering menyusuri sungai itu sering melihat elang berkupul diatas batu itu pada bulan-bulan tertentu. Tapi ketika kami sampai disana tidak ada seekor elang pun yang hingggap diatas batu itu.






Berikutnya batu bocek. Bocek adalah sebutuan penduduk lokal untuk ikan gabus, dan batu ini kebetulan mirip dengan kepala ikan gabus.













Sayang perjalanan tidak dapat dilanjutkan sampai ke desa Muara peti ketika itu, karena air yang dangkal dan sampan selalu kandaas. Dan akhirnya sampan putar haluan kembali ke desa Tanjung. Sungai kopu adalah tempat tamasya alam yang masih  orsinil dan belum terkena pencemaran.



2 comments:

  1. Wah, tempatnya indah Pak, bisa jadi pilihan liburan bersama keluarga nih..

    ReplyDelete